Beranda | Artikel
Indahnya Tadabbur Al-Quran
5 hari lalu

Allah Ta’ala telah mengabarkan bahwa Dia telah menurunkan Al-Quran agar bisa ditadaburi ayat-ayatnya. Allah Ta’ala berfirman,

كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَك لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ 

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan keberkahan, supaya mereka memperhatikan (mentadaburi) ayat-ayatnya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran.” (QS. Sad: 29)

Terdapat banyak dalil yang sangat jelas tentang pentingnya memberikan perhatian terhadap Al-Quran dan bahwa Al-Quran merupakan perkara yang paling agung yang bisa memperbaiki kondisi hati. Lebih-lebih jika membaca Al-Quran bersamaan dengan tadabur dan perenungan serta kesungguhan untuk memahami makna-maknanya.

Siapa saja yang mentadaburi ayat-ayat Al-Quran, niscaya dia akan lebih mengenal Rabbnya. Dia mengetahui besarnya nikmat dan anugerah yang Allah berikan kepada orang-orang yang beriman. Seseorang akan mengetahui ibadah yang diwajibkan kepadanya. Ia pun bersemangat melaksanakan kewajiban dan meninggalkan semua larangan Rabbnya. Siapa saja yang mempunyai karakter seperti ini ketika membaca Al-Quran dan ketika mendengarkannya dari orang lain, niscaya Al-Quran akan menjadi penyembuh baginya. Ia akan menjadi kaya tanpa harta dan menjadi mulia tanpa bersandar kepada manusia. Cita-citanya adalah bisa memahami firman Allah Ta’ala, terselamatkan dari ancaman, dan mengambil pelajaran dari bacaan Al-Quran. Hal ini karena membaca Al-Quran merupakan ibadah, dan ibadah tidak bisa dilakukan dengan hati yang lalai. Sedangkan Allah-lah yang memberikan taufik atas hal tersebut.

Oleh karena itulah, Allah Ta’ala senantiasa memerintahkan hamba-hamba-Nya dan mendorong mereka untuk mentadaburi isi (kandungan) Al-Quran. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَۚ وَلَوۡ كَانَ مِنۡ عِندِ غَيۡرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ ٱخۡتِلَٰفا كَثِيرا 

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran? Kalau sekiranya Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa’: 82)

Allah Ta’ala kabarkan bahwa orang-orang yang tidak ingin mentadaburi Al-Quran itu hatinya telah terkunci, tidak bisa terbuka menerima petunjuk. Allah Ta’ala berfirman,

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ أَمۡ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقۡفَالُهَآ 

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran, ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

Allah Ta’ala menjelaskan bahwa lalai dari tadabur Al-Quran adalah sebab tidak adanya hidayah bagi orang-orang yang melenceng dari jalan yang lurus, juga karena kesombongan mereka dari mendengarkan Al-Quran. Allah Ta’ala berfirman,

قَدۡ كَانَتۡ ءَايَٰتِي تُتۡلَىٰ عَلَيۡكُمۡ فَكُنتُمۡ عَلَىٰٓ أَعۡقَٰبِكُمۡ تَنكِصُونَ  ؛ مُسۡتَكۡبِرِينَ بِهِۦ سَٰمِرا تَهۡجُرُونَ  ؛ أَفَلَمۡ يَدَّبَّرُواْ ٱلۡقَوۡلَ أَمۡ جَآءَهُم مَّا لَمۡ يَأۡتِ ءَابَآءَهُمُ ٱلۡأَوَّلِينَ 

“Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al-Quran) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang, dengan menyombongkan diri terhadap Al-Quran itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu?” (QS. Al-Mu’minun: 66-68)

Allah Ta’ala menceritakan tentang kondisi orang-orang saleh dari kalangan ahli kitab bahwasanya jika Al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka pun tersungkur di atas dahi mereka dalam kondisi bersujud dan menangis. Hal tersebut menambahkan kepada mereka kekhusyukan, iman, dan kepasrahan kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman,

قُلۡ ءَامِنُواْ بِهِۦٓ أَوۡ لَا تُؤۡمِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ مِن قَبۡلِهِۦٓ إِذَا يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ يَخِرُّونَۤ لِلۡأَذۡقَانِۤ سُجَّداۤ  ؛ وَيَقُولُونَ سُبۡحَٰنَ رَبِّنَآ إِن كَانَ وَعۡدُ رَبِّنَا لَمَفۡعُولا  ؛ وَيَخِرُّونَ لِلۡأَذۡقَانِ يَبۡكُونَ وَيَزِيدُهُمۡ خُشُوعا 

“Katakanlah, “Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya, apabila Al-Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur di atas muka mereka sambil bersujud. Mereka berkata, “Maha suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.” Dan mereka tersungkur di atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (QS. Al-Isra’: 107-109)

Allah Ta’ala telah mensifati Al-Quran sebagai perkataan yang paling baik. Allah Ta’ala mengulang-ulang ayat di dalam Al-Quran dan menyampaikan firman-Nya berkali-kali agar ia bisa dipahami dengan baik. Kulit dari hamba-hamba-Nya yang baik akan bergetar karena takut kepada Allah. Kulit dan hati mereka pun menjadi tenang kembali di waktu mengingat Allah. Allah Ta’ala berfirman,

ٱللَّهُ نَزَّلَ أَحۡسَنَ ٱلۡحَدِيثِ كِتَٰبا مُّتَشَٰبِها مَّثَانِيَ تَقۡشَعِرُّ مِنۡهُ جُلُودُ ٱلَّذِينَ يَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمۡ وَقُلُوبُهُمۡ إِلَىٰ ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهۡدِي بِهِۦ مَن يَشَآءُۚ وَمَن يُضۡلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنۡ هَادٍ 

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Quran, yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang pemberi petunjuk.” (QS. Az-Zumar: 23).

Allah Ta’ala pun mencela orang-orang beriman yang tidak khusyuk ketika mendengarkan Al-Quran dan memperingatkan mereka agar jangan menyerupai orang-orang kafir dalam hal ini. Allah Ta’ala berfirman,

أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِير مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ 

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)? Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16)

Oleh karena itu, tadabbur Al-Quran merupakan perkara yang paling berguna bagi hati seroang hamba. Tadabbur Al-Quran merupakan kedudukan yang agung dari orang-orang yang berjalan menuju Allah. Tadabbur Al-Quran akan menyebabkan hidupnya hati, berupa timbulnya rasa cinta, kerinduan, takut, rasa harap, tobat, tawakal, rida, syukur, sabar, dan sifat-sifat lain yang mengindikasikan sempurnanya keadaan hatinya. Membaca dengan tadabur ini juga akan menjauhkan seseorang dari semua sifat dan perbuatan tercela yang merusak dan mencelakakan hati.

Seandainya manusia tahu keutamaan membaca Al-Quran dengan tadabur, tentu mereka memanfaatkan dan mengejarnya, serta mengesampingkan perkara-perkara lainnya. Apabila dia membacanya dengan tadabbur, lalu melewati ayat yang kebetulan dia butuhkan untuk kesembuhan hatinya, ia mengulang-ulangnya meski sampai seratus kali, atau meski sepanjang malam. Membaca satu ayat dengan tadabbur itu lebih baik daripada mengkhatamkan Al-Quran tanpa tadabur dan tanpa pemahaman. Hal itu lebih bermanfaat bagi hati, lebih mendatangkan dan mengokohkan iman, serta lebih menghadirkan rasa yang manis dari Al-Quran. (Lihat Miftaah Daaris Sa’adah, 1: 187)

Namun demikian, baiknya kondisi hati disebabkan membaca Al-Quran, tidaklah bisa diraih kecuali bagi orang-orang yang berupaya memahami, menerapkan, dan mengamalkannya. Tidak berlaku bagi yang membacanya dengan hanya membaca semata tanpa pemahaman atau tadabur. Oleh karena itu, pada hari kiamat kelak, akan ada banyak orang yang membaca Al-Quran, namun Al-Quran tersebut akan menjadi lawan dan musuh baginya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasalla bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ

“Sesungguhnya Allah akan memuliakan suatu kaum dengan kitab ini (Al-Quran) dan menghinakan yang lain.” (HR. Muslim no. 817)

Juga diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

وَالقُرْاَنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Al-Quran bisa menjadi hujjah yang membelamu atau menjadi hujjah yang melawanmu.” (HR. Muslim no. 223)

Al-Quran adalah pembelamu dan menjadi penambah imanmu, jika engkau mengamalkannya. Ia menjadi musuh bagimu dan melemahkan imanmu, jika engkau menyepelekannya dan melalaikan batasan-batasannya.

Lalu, bagaimana tatacara mengambil manfaat dari Al-Quran secara sempurna? Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, “Jika engkau ingin mengambil manfaat dari Al-Quran, fokuskanlah hatimu ketika membaca dan mendengarnya. Pasang pendengaranmu. Hadirlah seperti orang yang sedang diajak berdialog langsung oleh siapa yang telah mewahyukan Al-Quran (yaitu Allah). Karena Al-Quran adalah pembicaraan dari Allah untukmu melalui lisan Rasul-Nya.” (Al-Fawaid, hal. 3)

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang gemar tadabbur Al-Quran dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran.

***

“Menulis adalah nasihat untuk diri sendiri.”

@11 Dzulqa’dah 1445/ 20 Mei 2024

Penulis: M. Saifudin Hakim


Artikel asli: https://muslim.or.id/95517-indahnya-tadabbur-al-quran.html